Kualitas Air Media Untuk Kirim Benih dan Telur Gurame

Benih ikan gurame (Foto: Istimewa)

SuburOnline - Pengiriman benih dan telur ikan melintasi jarak yang jauh membutuhkan perhatian para pembenih ikan gurame. Maklum, jika tak mendapat perhatian semestinya, benih dan telur ikan gurame bisa mengalami stres. Faktor utamanya adalah masalah kualitas air media pengangkutan. 

Penanganan parameter kualitas air antara telur dan benih ikan relatif sama. Beberapa parameter kualitas air yang perlu diperhatikan mencakup suhu, oksigen terlarut, karbondioksida, dan amoniak.

Suhu

Bagi ikan, yang termasuk dalam kelompok hewan berdarah dingin, metabolisme tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut salah seorang pembenih ikan dari Bantul, Yogyakarta, tingkat metabolisme ikan akan berlipat ganda setiap kenaikan suhu sebesar 18 oF dan berkurang setengahnya untuk setiap penurunan 18 oF.

Menurunnya suhu akan menurunkan tingkat metabolisme, yang berarti berkurangnya konsumsi oksigen serta turunnya produksi amoniak dan karbondioksida. Oleh karena itu, suhu air saat pengiriman ikan sebaiknya dibuat rendah. Untuk spesies ikan yang hidup di air yang relatif hangat, suhu air media sebaiknya dibuat antara 55 oF sampai 60 oF. Sementara ikan yang terbiasa hidup dalam kolam bersuhu dingin harus diangkut pada suhu yang lebih dingin, misalnya 45 oF—50 oF.

Es sering digunakan selama pengiriman benih ikan, khususnya jika dimungkinkan terjadinya peningkatan suhu air media secara drastis. Satu-setengah pon es akan mengurangi suhu satu galon air sekitar 10 oF. Es bisa diletakkan di antara kantong plastik dalam boks styrofoam. Di samping itu, boks styrofoam sendiri juga merupakan isolator penahan suhu.

Kandungan moniak

Seperti karbondioksida, amoniak merupakan hasil metabolisme ikan. Dua bentuk amoniak yang terjadi pada air media pengangkutan yaitu: amoniak terionisasi (NH4 +) dan un-terionisasi (NH3). Berbeda dengan bentuk terionisasi, bentuk un-terionisasi sangat beracun pada konsentrasi serendah 0,2 ppm. Dalam tes untuk amoniak, kedua bentuk amoniak tersebut dikelompokkan bersama sebagai “nitrogen amoniak total” (TAN). Jumlah amoniak yang un-terionisasi tergantung pada suhu dan pH. Konsentrasi amoniak total dapat mencapai lebih dari 14 ppm selama transportasi.

Cara termudah untuk mengurangi penumpukan amoniak beracun dalam air media yaitu menurunkan suhu air media dan melakukan pemberokan atau puasa pada benih beberapa hari sebelum pengangkutan. Masih menurut Hamdani, ikan dengan panjang sampai delapan inci diberok selama 48 jam sebelum pengangkutan. Sementara ukuran lebih besar atau lebih dari delapan inci diberok selama 72 jam sebelum pengangkutan.

Kandungan oksigen terlarut

Faktor paling penting dalam pengangkutan ikan adalah penyediaan konsentrasi oksigen terlarut yang cukup. Gagal menyediakan oksigen menyebabkan benih ikan akan mengalami stres berat dan berakibat pada kematian. Begitu pula pada telur yang kekurangan oksigen juga akan mati dan gagal menetas.

Untuk mengatasi masalah ketersediaan oksigen terlarut dalam air media, pembenih biasanya akan memberikan oksigen murni sebanyak 2/3 kapasitas kantong kemasan, sedangkan 1/3 bagian lainnya berisi air dan telur atau benih. Jika waktu tempuh relatif cepat, perbandingan jumlah oksigen dan air bisa dikurangi menjadi 1 : 1.  

Kandungan karbondioksida

Hasil pernapasan ikan menghasilkan karbondioksida. Jika bereaksi dengan air, karbondioksida membentuk asam lemah yang akan menurunkan pH air. Tingginya kadar karbondioksida, lebih dari 20 ppm, dapat mengganggu penyerapan oksigen dalam darah ikan. Untuk mengatasinya, perlakuan pada suhu dan oksigen terlarut sebelumnya sudah cukup membantu. (Rch)

Komentar